Reinkarnasi 2



CreditPosterbyArinYessy@PosterChannel
CreditPosterbyArinYessy@PosterChannel

REINKARNASI 2

By.Alana

Park Jiyeon and Bang Yongguk

.

.

Aku melihatnya sedang mengambil kereta dorong. Dia terlihat begitu anggun Langkahnya begitu tenang dan matanya seperti sedang bercengkrama dengan beberapa orang yang melihatnya . Mereka sepertinya asing dengan Jiyeon. Wajah cantiknya langsung menjadi pusat perhatian beberapa kaum adam di sekitarnya. Termasuk salah satu pengunjung grosery yang sejak tadi selalu tersenyum pada Jiyeonku. Aku tidak tahu siapa dia, namun dia sepertinya begitu tertarik dengan Jiyeon.

Dia mulai memasuki pusat perbelanjaan dengan sedikit ragu. Menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Yongguk, apa kau masih bersamaku ?”  ternyata dia mencariku. Aku tersenyum. Sedikit lega dia masih ingin bersamaku.

“Ya.” jawabku di sisi kanannya. Tanganku menyentuh lengannya, hanya memberikan tanda kalau aku berada di dekatnya.

“Apakah hanya aku yang bisa merasakan hadirmu ?”  tanyanya sambil berjalan. Suaranya begitu lirih.

“Ya. Sepertinya begitu.”

Dia tersenyum. Entah untuk apa dia tersenyum. Namun aku senang dia bisa tersenyum dengan kehadiranku.

“Kau ingin membeli apa?” tanyaku.

“Mungkin beberapa sayuran dan roti. Aku tidak tahu. Polisi Jongup itu kelihatannya tidak punya selera yang bagus dengan bahan makanan. Dia tidak tahu apa kesukaan wanita.”

“Kau paling suka dengan tahu. ”  Ujarku. Aku mengingat Jiyeonku yang dulu. Dia sangat menyukai masakan dengan bahan dasar tahu.

“Benarkah ?” Dia kemudian mengambil tahu.

“Kenapa aku suka dengan tahu?”

“Karena lembut di lidahmu. “

“Begitukah ?”

“Hm.”  jawabku.

Aku masih meperhatikan laki-laki itu yang sejak tadi mengikuti Jiyeon dari jarak yang tidak terlalu jauh. Kelihatannya dia juga sedang berbelanja. Wajahnya sangat tampan. Dia mempunyai hidung yang mancung dan indah, kulitnya putih dan dia terlihat seperti laki-laki yang sopan. Apa yang dia kehendaki dari Jiyeonku?

“Aku butuh sabun mandi.”  ujar Jiyeon saat dia berbelok pada koridor di mana laki-laki misterius itu berada.

“Yongguk !”  panggilnya lirih. Matanya memperhatikan deretan sabun yang berjejer di atas rak.

“Apa ?”

“Kenapa laki-laki itu memperhatikanku terus ?”

“Jadi kau juga merasakannya ?”

“Ya.”

“Jangan khawatir Jiyeon. Dia sepertinya bukan orang jahat.”  Aku berpikir begitu karena wajah yang aku kenal dulu tidak sepeeti itu. Ya, wajah orang yang telah membunuhku.

“Apa kau yakin ?”

“Ku harap.” Aku meletakkan tanganku padanya, sekedar memberikan kekuatan supaya dia tidak takut.

“Dia mendekatiku, Yongguk.”  ujar Jiyeon panik.

“Bersikaplah normal. Siapa tahu dia hanya ingin mengenalmu. Apa kau tahu, Jiyeon…kau sangat cantik. Bahkan aku begitu luluh melihat kecantikanmu.”

“Yongguk, kau membuatku tersanjung.”

“Dan kau terlihat lebih cantik.”

Laki-laki itu mendekati Jiyeon. Dia tersenyum.  Dia memang terlihat tampan, dan bibirnya juga begitu indah, namun saat dia tersenyum, entah kenapa tiba-tiba aku melihat seperti ada sesuatu di dalam senyumnya. Janggal.

“Hi, SelaMat Siang..!” sapanya santun. Ya, laki-laki itu menyapa Jiyeonku dengan sangat santun. Suara yang dalam dan sedikit serak.Mungkin itu yang disebut husky.

“Hi..!”  sapa Jiyeon dengan wajah kaku.

“Kau kelihatannya asing, apakah kau baru ?” tanyanya lagi. Dia berdiri dengan bertumpu di kaki kirinya, sepertinya kaki kanannya cidera.

” Ya. Aku baru datang kemarin. “

“Namaku Kim Himchan. Kalau aku boleh tahu, siapa namamu ?” di mengulurkan tangannya. Lengan bajunya terlipat hingga ke siku.  Kulitnya begitu bersih. Laki-laki ini sepertinya sangat memperhatikan kebersihan kulitnya.

“Jiyeon. ” jawab Jiyeonku dengan ragu.

“Kau sangat pemalu. ”  Dia tersenyum.

“Aku belum terbiasa di kota ini. “

“Itu wajar. Apa kau sendirian ?”  tanyannya. Lalu aku menyentuh bahu Jiyeonku.

“Sebaiknya jangan terlalu banyak bicara tentang dirimu.” bisikku. Jiyeon mengangguk.

“Maaf Kim Himchan-shi, aku sepertinya buru-buru. “

“Oh begitu. Baiklah! mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi.”  ujar namja bernama Kim Himchan itu.  Jiyeonku  mengangguk sambil mendorong lagi trolynya maju.

“Aku merasa aneh dengannya.”  ujarku pada Jiyeon.

“Kenapa ?”

“Kenapa dari antara banyak namja yang memperhatikanmu, hanya dia yang menyapamu. “

“Mungkin dia memiliki keberanian lebih untuk melakukan hal itu.”

“Dan dia masih melihat ke arahmu. ”  aku memperhatikan Kim Himchan itu. Dia menatap Jiyeonku seperti dia pernah mengenalnya sebelum ini. Apakah aku harus mencurigainya?  Tapi wajah itu sangat berbeda. Dia bukan Daehyun. Ah ya, tentu saja. Waktu sudah begitu lama berlalu.

“Apa kau sudah selesai ?” tanyaku setelah hampir setengah jam dia memilih sesuatu.

“Sepertinya sudah.”

“Berarti kita bisa pulang sekarang.”

“Ya.” jawab Jiyeon sambil meperhatikan kesekelilingnya. Laki-laki misterius itu sua tidak terlihat lagi.

****

Sore yang sepertinya datang lebih cepat atau karena aku begitu  menikmati waktu-waktu yang kulalui bersamanya. Dia memasak sesuatu dengan penuh perasaan. Matanya sungguh jeli dengan berbagai jenis bumbu dan penempatannya pada sayuran.

Aku masih memandang keasikkannya memasak ketika polisi Moon keluar dari kamar mandi. Di menatap Jiyeonku heran.

“Dari mana kau mendapatkan banyak sayuran itu ?”  tanyanya sambil duduk di depan counter.

“Aku tadi ke kota.” jawab Jiyeon

“Sendiri?”

“Ya.”

Polisi Moon menggeleng beberapa kali.

“Tidak mungkin.” ujarnya.

“Kenapa tidak mungkin.” bantah Jiyeon

“Kenapa sendiri ?”

“Apa aku harus bersamamu ? Kau sedang mabuk. Kau ke mana saja tadi malam ?”

Bagus Jiyeon. Marahilah dia, kalau perlu laporkan dia pada atasannya. Kelihatannya polisi Moon terlihat sedikit malu. Mungkin karena dia ketahuan mabuk.-

“Maaf! Aku sedang pusing tadi malam.” Jawabnya.

“Aku tidak tahu, apakah aku berhak melarangmu atau tidak, tapi aku harap, jika kau pergi, tolong tinggalkan pesan untukku jika kau tidak mau secara langsung mengatakannya padaku. “

Polisi Moon menatap Jiyeon dengan mata tak berkedip. Dia sangat kagum dengan kecantikan Jiyeon. Brengsek! Apakah dia mulai tertarik dengan Jiyeonku!

“Jiyeon, aku ….. baiklah. Aku tidak akan pergi tanpa seijinmu.”  ujar polisi Moon sambil beranjak dari tempatnya duduk. Dia berjalan melewati ruang tengah menuju ke kamarnya yang terletak di samping kamar Jiyeon.

“Kenapa dia begitu menurut ?”  Jiyeon bergumam sendiri, membuatku tersenyum.

“Dia sedang mencari perhatianmu, Jiyeon. Sudah kubilang kau adalah wanita penebar pesona. Sedikit saja kau bergerak, maka dunia kaum namja akan gempa.”

“Yongguk, kau berlebihan.” wajah Jiyeonku tersipu. Sangat mani sekali.

“Tidak.”

“Sudahlah. Hei, apakah kau suka masakanku ?”

Aku mendekati mangkuk besar yang dipersiapkan Jiyeon untuk makan malam. Masakan apa ini ? Aku tidak berani berkata-kata. Hanya sayuran dam buah-buahan yang dicampur dengan beberapa saus dan mayonese.

“Sepertinya enak. ” ujarku berbohong. Jiyeon tersenyum.

“Aku tahu kau tidak suka.”

“Bagaimana kau tahu aku tidak suka.”

“Karena laki-laki memang biasanya tidak suka.” dia tergelak geli.

Aku tersenyum ketika mendengar hal itu.

“Yongguk, sepertinya ada tamu.”  Aku menoleh ke arah pintu di mana di depan pintu sana terlihat sosok laki-laki yang sedang mengetuk -ngetuk pintunya. Aku melesat ke sana, lebih cepat dari Polisi Moon.

“Atasanku datang!” teriaknya pada Jiyeon.

“Siapa ? Atasannya?”  ulangku.

Aku meperhatikannya. Apa ini tidak salah. Dia adalah Daehyun. Dia adalah orang yang membunuhku di masa lalu.

“JIyeon, dia adalah Daehyun.” Ujarku ketika aku kembali pada Jiyeon yang masih sibuk di counter dapur.

“Daehyun siapa ?”  tanya Jiyeon. Dan aku mendesah. Dia melupakan hal itu, atau memang dia sama sekali tidak tahu. Peristiwa itu bukan miliknya, tapi milikku dan Jiyeonku di masa lalu.

“JIyeon !”  panggil polisi Moon.

“Ya ?”   Jiyeon menghampirinya. Aku berada tepat dibelakangnya. Hatiku begitu was-was. Wajah itu, Daehyun. Memang dia orang yang sama. Semuanya tidak ada yang berubah. Kenapa ada manusia dengan sifat buruk bisa dilahirkan kembali?

“Selamat Malam, Nona Jiyeon !”  sapanya.

“Dia adalah atasanku. Komandan Jung Daehyun. Atasanku.”  Jongup memperkenalkan.

“Oh, Selamat Malam.” sapa Jiyeon ganti. Dia tersenyum pada laki-laki itu. Daehyun. Entah kenapa aku geram. Benarkah dia polisi. Kenapa kondisinya seratus delapan puiluh derajat berbalik. Dia bukanlah orang itu, pembunuh itu. Lalu sekarang siapa yang harus aku waspadai ?

“Silahkan duduk ! Saya sebentar lagi selesai. Sepertinya kita akan malam bersama.”

“Kebetulan sekali!”  ujar Komandan Jung.

“Ya. sangat kebetulan sekali juga aku memasak cukup banyak. Aku tidak tahu kenapa melakukannya. Apa karena sudah kebiasaan. ”  Jiyeon berhwnti bergerak. Dia tertegun akan sesuatu.

“Kenapa ?” tanyaku khawatir.

“Yongguk, aku sepertinya mengingat satu hal. Tentang kegiatanku memasak ini….”

“Ya ?”  aku menunggunya untuk bicara lagi.

“Mungkin aku sering memasak, dan aku selalu memasak banyak karena anggota keluargaku banyak. Jadi dengan sendirinya kini aku memasak sebanyak ini.”

“Sssttt..Jiyeon, jangan terlalu keras jika bicara. Mereka nanti curiga.”  ujarku. Jiyeon mengangguk.

“Maaf. Tidak sengaja.”

“Jiyeon, kau kenapa ?” Tanya polisi Moon. Dia mulai mendekat.

.

“Aku butuh bantuan di sini!”  ujar Jiyeonku.

“Baiklah!”  Polisi Moon mendekat. Dia membantu Jiyeon untuk membawa beberapa piring dan mangkuk sayuran.

“Kalian sepertinya sudah sangat akrab!”  ujar Komandan Jung.

Polisi Moon memperhatikan Jiyeonku. Matanya hampir tak berkedip. Aku sudah menduganya dia menyukai Jiyeonku.

“Apakah dia bersikap baik, Nona Jiyeon ?”  tanya Komandan Jung menanyakan perihal Polisi Moon selama menjaganya. Jiyeonku tersenyum.

“Ya.”

“Kenapa kau berbohong? Kau bisa mengatakan padanya kalau dia semalam mabuk.”  protesku.

“Dia sudah cukup berusaha, aku sangat berterima kasih.”

“Kenapa kau bicara begitu?” protesku lagi.

“Apakah aku perlu menggantinya ?” Komandan Jung kembali bertanya. Matanya tajam melirik Polisi Moon.

Sementara Polisi Moon menatap Jiyeonku lagi. Dia tersenyum dengan manisnya. Dan Jiyeonku menggeleng.

“Tidak perlu. “

“Jiyeon, aku tidak mengerti denganmu, kenapa kau bersikap baik padanya.”  entah kenapa aku menjadi gusar sendiri.

Selama makan malam berlangsung, Polisi Moon itu terus memperhatikan Jiyeon. Dia benar-benar memuakkan. Ingin rasanya aku meninju wajahnya.

Aku mendekati dia, Jung Daehyun. Dari dekat ku amati wajahnya. Apakah mungkin dia orang yang sama. Kenapa wajahnya bisa begitu mirip. Tatap matanya dan cara dia berbicara. Aku sungguh khawatir kali ini.

“Maafkan aku karena mengganggu waktumu. Aku hanya memeriksa apakah Polisi Moon bekerja dengan baik ?”

Komandan Jung sepertinya mengerti dengan sifat polisi Moon, sehingga dia  menanyakan perihal itu pada Jiyeon. Seharusnya di di ganti.

“Bagaimana dengan orang itu? Pembunuh keluargaku. Apakah dia sudah di temukan?”  tanya Jiyeon tiba-tiba. Polisi Moon dan Komandannya saling bertatapan.

“Kami sedang berusaha. Jangan khawatir, kami akan segera menemukannya. “

“Apakah aku boleh tahu seperti apa orang itu ?”

“Bagus, Jiyeon. Kita memang harus tahu wajah psikopat itu.” Ujarku pada Jiyeon.

“Ya, boleh. ”  Komandan Jung mengeluarkan ponselnya, dan memberikan gambar laki-laki itu.

Dan wajah Jiyeonku tiba-tiba menjadi pucat. Aku segera menghampirinya. Dan ikut melihat ke layar ponsel Komandan Jung. Bukankah dia itu adalah laki-laki yang tadi siang menyapa Jiyeonku.

“Jiyeon !” panggil polisi Moon ketika melihat Jiyeon terlihat pucat.

“Aku bertemu dengannya siang tadi di supermarket. Dia menghampiriku dan menyapaku. Dia tahu aku di kota ini .”

“Komandan Jung, bagaimana ini ?” polisi Moon terlihat tegang.

“Aku akan segera mengirimkan orang untuk menambah penjagaan .”

Jiyeonku berdiri dan berjalan ke kamarnya. Aku mengikutinya. Dia terlihat begitu rapuh. Apa yang ada di pikirannya saat ini.

“Aku mengingatnya, Yongguk.”  ujarnya ketika dia menutup pintu kamar.

“Siapa?”

“Dia. Kim Himchan. “

“Apa kau benar mengingatnya ? Apakah dia mantan kekasihmu ?”

“Ya.”  Jiyeon terbaring di tempat tidur. Dia mematikan lampu dan menenggelamkan wajahnya di bantal.

“Kenapa mematikan lampu ?”  tanyaku.

“Supaya aku tidak terlihat. Seandainya aku bisa sepertimu.”

“Jiyeon, aku aku sudah mati. Aku adalah roh gentayangan.”

Aku duduk di sisinya. Tiba-tiba dia mencariku. Tangannya berusaha menggapaiku. Kusentuh dia.

“Aku di sini.”  Kuambil tangannya dan kusimpan dalam genggamanku.

“Dia sudah dekat. Kim Himchan. Apa dia akan membunuhku ?”

“Aku harap polisi segera menemukannya.” hiburku.

“Tapi dia sepertinya lebih cerdas. Apa kau tidak melihat bahwa dia begitu anggun. Sikapnya tidak terlihat seperti orang jahat.”

“Ya, orang seperti itu memang sangat mengerikan. Aku sendiripun tidak mengerti kenapa ada manusia seperti itu. ”  Aku teringat komandan Jung. Ternyata aku salah menerka.

“Yongguk ?”

“Hm ?”

“Apa kau marah padaku ?”

“Marah ?”  aku bingung dengan pertanyaannya.

“Tadi, sewaktu aku tidak melaporkan polisi Moon pada KOmandan Jung. Apa kau marah ?”

“Sedikit. Tapi sekarang tidak lagi.”

“Kenapa kau marah ?”

“Karena aku tidak suka dengan polisi itu. Dia sepertinya menyukaimu.”

“Apa kau cemburu ?”

Lama aku terdiam. Apa aku cemburu ? Ya. Mungkin. Entahlah. Apa aku pantas merasakan perasaan itu. Aku hanya sebuah jiwa yang terlantar. Aku masih menunggu waktuku.

“Yongguk !” panggilnya lagi.

“Apa kau pikir aku cemburu ?” tanyaku ganti.

“Ya.”  dia tersenyum.

“Mungkin aku cemburu. Tapi Polisi Moon itu memang sangat menyebalkan. Tingkahnya membuatku ingin menghajarnya saja !”  jawabku dengan nada penuh emosi. Dan aku mendengar dia tergelak lirih.

“Kenapa kau tertawa ?”  tanyaku.

“Yongguk. Apakah kau mempunyai foto dirimu di rumah ini ? Aku ingin tahu bagaimana dulu kau sewaktu masih hidup. Kau pasti tampan.”  ujarmu.

Aku melihat ke arah sekitarku. Sayangnya di sini sudah tidak ada lagi fotoku. Rumah ini sudah beberapa kali berganti pemilik. Tidak ada jejak diriku sama sekali, kecuali di rumah orang tuaku.

“Sepertinya tidak ada. ” jawabku.

“Sayang sekali.”  dia terlihat kecewa.

” Aku ingin tahu. Kau pasti tampan.”

“aku biasa saja.”

“Hatimu baik.”  ujarnya. Dan aku memeluknya erat.

“Aku sangat mencintainya. Jiyeonku di masa lalu. Dia sangat mirip sepertimu. Aku berpikir kalau kau adalah dirinya.”

“Kalau memang demikian bagaimana ?”

“Semoga aku bisa menyelamatkanmu, dan …”

“Dan apa ?” lanjutnya

“Seandainya aku bisa menyelamatkanmu, maka akupun akan sempurna. Aku mungkin bisa bereinkarnasi.”

Aku melihatnya lagi. Matanya nanar mengembara pada bayang-bayang malam di luar sana. Gelisahnya begitu melingkupi ruang pikirannya. Seandainya aku bisa meraih semua itu dan menggantikan diriku pada posisimu.

Jiyeon, jangan biarkan manusia keji itu mengalahkan akal sehatmu. Kau bisa bertahan. Aku akan selalu ada untukmu.

tbc.

 


A/n

Ngebosenin!

Yup.

 

Peace,alana

 

19 thoughts on “Reinkarnasi 2”

  1. Ohh begitu,, teryata yongguk getayangan karna pngen cari spa yg bunuh dia n keluarganya ,, begitupun jiyeon juga pengen cari pmbunuh kluarganya jga, tpi syangnya jiyeon gk inget msa lalunya,, tpi knp jiyeon jdi lupa? Trus kta jiyeon himchan tuh mantannya,, q pkir jiyeon sm yongguk dlunya pacaran,,

    Liked by 1 person

  2. Ngebosenin!
    Yup.
    biasa aja lan… aku nyang malah nungguin ff ini ^^~
    bingung dah,, sprtinya byk bgt yg jahat. tapi entah kenapa aku lbh curiga ke daehyun. tapi sumpah gak ada feeling sama sekali ttg siapa penjahatnya!
    ooh… jiyeon bs lihat yongguk. syukurlah,, kufikir yongguk akan jadi arwah kesepian :3
    brrti yongguk jelekkeh skrg? xD atau mungkin krn tampangnya yg pucat stlh jd arwah semata?

    Liked by 1 person

    1. Ga ah, yongguk tetep keren aja! Ga rela kalo dia jadi jelek! Maunya aku kasih adegan ‘aneh’ di sini tapi masuk akal pa ga ya ?* Plaxz* waduh, blog orang mau dikasih yg aneh2!

      Like

  3. jadi yg benar sapa ya daehyun atau himchan psiokopatnya????makin kesini makn penasaran.aigoo jiyi pesonamu byak yg menarik kaum adam mendekat.dtggu lanjutannyaaa??

    Liked by 1 person

Leave your comments, B.A.B.Y ~