TOMORROW [ Prolog]

IMG_20141112_203232

By.Alana

Park Jiyeon and Bang Yongguk

Comeback with

TOMORROW

.

.

 

 

Saat ini pagi, dan aku melihat seperti jiwa dari rintik hujan menari dalam dua bayangan tipis di langit.

 

Dikejauhan aku melihat seperti sebuah cahaya lembut mewarnai wajah mimpiku. Mengembalikan kembali ingatanku pada sebuah kenangan kenangan manis ketika sentuhan bibirmu menyapaku diantara hujan yang mengguyur tempatku berdiri, kini.

 

Tentang hujan dan tentang air mata yang kumiliki, dan tentang semua hal terindah yang sempat kita nikmati…dan hujan yang membasahi kita, jiwa dan mimpi. Diriku, dan rindu juga langkah kakimu, jauh. Mungkin aku tidak mungkin melupakanmu.

 

 

 

Jiyeon sedang menyetir kendarannya melewati jalan-jalan yang sedikit ramai. Peluhnya menetes satu-satu.

 

wuf…wuf…wuf…

 

diaturnya nafas agar dia merasa tenang. Keadaanya kini sudah tidak memungkinkan lagi untuk tenang. Dia melihat perut besarnya yang sudah berdenyut-denyut. Dia terlihat pucat. Sementara kakinya masih berusaha keras menginjak gas dan rem.

 

wuf…wuf…wuf…

 

dia bernafas lagi. Lalu mengarahkan mobilnya pada sebuah jalan raya. Dia harus segera tiba di rumah sakit terdekat. Kontraksinya sudah semakin intens dan continues terjadi setiap lima menit sekali. Mungkin dia akan segera melahirkan.

 

Jiyeon berusaha untuk menguatkan dirinya. Meskipun kakinya gemetar dan rasa sakit diperutnya sudah tidak mungkin dia tahan. Oh Tuhan, tolong berikan kekuatan ! doanya dalam bisikan.Ugh, seandainya Himchan masih ada. Jiyeon menyebut nama suaminya yang telah meninggal.

 

Beberapa menit kemudian, dia terjebak dalam sebuah kemacetan. Dia semakin pucat. Oh Tuhan !  Jiyeon berusaha untuk keluar dari mobilnya. Kontraksinya terasa lagi, kali ini sepertinya disertai dengan pecahnya air ketuban.

 

Aarrrgghhh….!

 

Jerit Jiyeon. Ketika berdiri membungkuk dengan kaki gemetar. Dia berpegang pada pintu mobilnya, dan tangan yang lain memegangi perut bagian bawahnya. Semua orang yang melihat langsung berteriak.

 

“Dia akan melahirkan !”  jerit seorang nenek-nenek di pinggir jalan. Dan akhirnya ada seorang laki-laki bertampang lusuh dengan jaket jeans belel bertampang preman yang lansung menggendong Jiyeon untuk tiba di pinggir jalan dan membaringkannya di trotoar. Jiyeon sudah pucat, keringatnya membasahi seluruh tubuhnya dan darah sudah mengalir diantara pahanya.

 

“Tolong para wanita, sediakan sesuatu yang bersih ! Kain, atau apa sajalah ! cepaaaat ! dia akan segera melahirkan. Dan tolong panggil ambulance !”  teriak laki-laki itu.

 

Dengan cepat dia membuka kaki Jiyeon yang sudah tidak kuasa lagi menangis.

 

“Jangan menangis ! kau harus kuat ! Bayimu akan lahir !”  ujarnya keras.  Dia, laki-laki itu mengambil hand sanitizer dari dalam ranselnya. Dia mengalungkan stetoskop dan dan memeriksa kondisi perut Jiyeon.

 

“Maafkan Saya! Saya harus membuka celana Anda !” ujarnya dengan sopan. Beberapa wanita menutupinya dan ada yang memangku kepala supaya Jiyeon lebih mudah mengejan saat dia mengeluarkan bayinya.

 

“Tarik nafas dalam dalam hitungan ketiga dorong, Ara ! ” ujar laki-laki itu.

 

Jiyeon menurut. Dia menarik nafasnya dan menghembuskannya sekaligus mendorong bayinya keluar dengan nafas difragmanya. Dia mengusahakan agar tidak mengangkat pantatnya.

 

“Oke, sudah hampir ! ” ujarnya lagi sambil membantu mengusap perut Jiyeon .

 

“Ayo, Nyonya! Anda pasti kuat !” ujar seorang ibu yang berada di kirinya.

 

“Himchaaaan  !”  Jiyeon berteriak ketika dia mengejan kembali.  Lalu keringatnya mengalir di dahinya. Sekarang sungguh tidak jelas, yang mana air mata yang mana keri gat. Laki-laki itu sempat menyekanya dengan tangannya. Jiyeon menatapnya. Berkali-kali dia menemui tatap mata itu.Begitu menguatkan hatinya.

 

“Sekali lagi, Sayang ! Ayo! kamu bisa !”  ujarnya dengan sebuah senyum.

 

Dan…..

 

 

Suara tangisan bayi itu terdengar begitu merdu diantara gemuruh tepuk tangan para wanita yang berada di sisi-sisinya.

 

“Bayiku…!” Jiyeon melihatnya masih penuh darah dalam pegangan tangan laki-laki yang telah menolongnya untuk melahirkan . Dia sedang memutus tali pusat dan membersihkan sebisanya dari darah di tubuh bayinya.  Dikejauhan terdengar sirine ambulance. Jiyeon tersenyum dalam rasa lelahnya. bayinya

 

Ucapan selamat di terima dari para wanita-wanita itu.

 

 

Bayi itu diserahkan dalam bungkusan kain slayer milik salah seorang wanita yang membantunya juga.

 

“Bayimu laki-laki  .”  ujarnya. Dia memberikannya untuk dikecup oleh Jiyeon.

 

“Terima kasih !” bisik Jiyeon dengan sisa nafasnya yang lelah.

 

Dilihatnya lagi laki-laki itu. Lalu dengan sebuah senyum Jiyeon bertanya.

 

“Siapa namamu ?”

 

“Aku ? Panggil saja Yongguk.”  jawabnya.

 

“Apa kau seorang dokter ?” tanya Jiyeon lagi.

 

“Aku mahasiwa kedokteran tingkat akhir.”

 

“Sekali lagi terima kasih.”

 

Laki-laki bernama Yongguk itu tersenyum. Akhirnya Jiyeon menemukan sebuah nama yang tepat untuk putranya.

 

A/n

 

Yang ini persembahan untuk BAP fanfiction.

Untuk kelanjutanya, pasti akan mengantri seperti biasanya. Jangan bosen2 sama Alana.  Wkwkw…/ga bosen, cuma ENEG!/

 

oke, jangan komentar kalo ga mau komentar.  /permintaan yg aneh!/

Wokeh, see you next time !

 

 

 

 

 

 

 

 

 

20 thoughts on “TOMORROW [ Prolog]”

  1. omgomgomg jd ngerasain kaya jiyeon mau melahirkan di jalan/?

    untung ada yongguk yg ngebantu persalinan. kalo ngga ntar melahirkan dalam kubur /digampar/

    oke lanjut next part dulu eak

    Like

  2. huahhhh.. yongguk udah liat itunya jiyi. Cekakak!
    sumpah lan, aku agak ngeri deh pas bagian motong tali pusarnya. soalnya akhir2 ini di tempatku byk kasus ibu melahirkan yg meninggal gegara pihak rumah sakitnya salah melakukan prosedur dlm hal itu! dan bencinya,, mereka gak tertuntut lan.. gua sedih bgt deh lan 😦

    Like

  3. Woah ini daebak.. jd crtx himchan udh ga ada saeng? Hikzz.. mdh2an nti himyeon couple ya.. kwkwkkw.. omo yongguk.. apa nti yong guk bkl ktmu jiyi scptx n stlh tau jiyi janda dy akan kejar jiyi? Wah daebak.. kekekek..

    Liked by 1 person

Leave your comments, B.A.B.Y ~